Pages

Jumat, 19 September 2014

Pertemuan Ke IV part 4

mungkin pertemuan kali ini cukup panjang ya haha. tapi coba nikmati saja materi selanjutnya. let's check it out :D


Induksi

Induksi
Penalaran induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan yang umum tertentu. Dengan kata lain, atas dasar fenomena, fakta atau data tertentu dirumuskan dalam proposisi tunggal tertentu, ditarik kesimpulan yang dianggal sebagai benar dan berlaku umum.

contoh berikut ini:
  • Saya bertemu dengan seorang bapak. Tak lama kemudian dia mendekatiku dan meminta sedekah (mengemis). Saya perhatikan bapak tersebut mempunyai ciri-ciri tua, baju compang-camping, serta badannya kotor dan bau. Di tempat lain, saya bertemu dengan seorang bapak lagi. Ketika saya amat-amati ternyata ciri-cirinya sama dengan bapak yang pertama. Pengalaman ini terjadi sampai tiga kali. Akhirnya, saya melihat seorang bapak dengan ciri-ciri seperti di atas, yaitu tua, baju compang-camping, badan kotor dan bau, maka saya langsung mengambil kesimpulan bahwa bapak tersebut pasti seorang pengemis. Kesimpulan ini saya ambil karena saya menyimpulkan bahwa semua orang dengan ciri-ciri tersebut pasti pengemis. Inilah cara berpikir induksi
Apabila melihat pada contoh tersebut, di mana dimulai dengan mengkaji atau meneliti atau mengamati beberapa fenomena dan mengumpulkan berbagai data yang kemudian dievaluasi untuk melahirkan sebuah kesimpulan umum. Meskipun dengan cara penarikkan kesimpulan melalui berpikir induksi dapat sah yang dianggap benar dan berlaku umum, namun kebenaran kesimpulan itu, baik berupa hukum atau teori ilmiah harus dianggap bersifat sementara. Kendati kita secara sah mendasarkan diri pada berbagai fakta yang ada untuk menarik kesimpulan yang benar, namun ini tidak dengan sendirinya menjamin bahwa kesimpulan itu benar secara mutlak. Hal ini disebabkan ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap. Dalam kegiatan ilmiah, biasanya peneliti bekerja berdasarkan pengamatan dan data yang sangat terbatas. Peneliti biasanya tidak mengumpulkan semua data yang relevan, melainkan hanya beberapa data yang dianggap mewakili, karena data yang relevan jumlahnya tidak terbatas.
Di satu pihak penalaran induksi memiliki persamaan dengan deduksi, yaitu kedua-duanya mendasari argumentasi-argumentasinya dari premis-premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan mendasarnya, argumentasi dalam penalaran induksi yang tepat akan mempunyai premis-premis yang benar, namun kesimpulannya dapat salah.Hal ini disebabkan oleh argumentasi-argumentasi dalam penalaran induksi yang tidak membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.Premis hanya menetapkan bahwa kesimpulan berisi suatu kemungkinan, sebab premis hanya mengandung sebagian dari bukti atau data yang dibutuhkan kesimpulan.Karena itu informasi atau data yang terdapat dalam premis kurang memadai bila dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan kesimpulan.Akibatnya, argumentasi-argumentasi yang terdapat dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai valid (sahih) atau invalid (tidak sahih), melainkan berdasarkan probabilitas.


Ciri Penalaran induksi

  1. Premis-premis dalam penalaran induksi merupakan proposisi empiris yang berhubungan langsung dengan observasi indera. Indera menangkap dan akal menerima.
  2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya. Karena itu, pikiran tidak terikat untuk menerima kebenaran kesimpulannya. Jadi menurut kaidah-kaidah logika penalaran ini tidak sahih.
  3. Meskipun kesimpulan induksi itu tidak mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kesuali apabila ada alasan untuk menolaknya. Jadi dapat dikatakan bahwa kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional yang disebut probabilitas.

Generalisasi induktif

Proses induksi dapat dibedakan menjadi generasilasi induksi, analogi induktif dan hubungan sebab akibat.Genaralisasi induktif merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atu sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Dapat dikatakan juga sebagai bentuk penalaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus atau premis ditarik kesimpulan yang bersifat umum.Prinsipnya adalah “ apa yang diterjadi beberapa kali dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”.
Kesimpulan dalam generalisasi itu hanya suatu harapan, kepercayaan, karena konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya berupa suatu probabilitas atau peluang.

Contoh:
Suatu kali Budi pergi ke Bogor menggunakan travel dan berkenalana dengan seorang wanita. Wanita tersebut memperkenalkan dirinya sebagai orang Sunda yang berasal dari Ciawi. Sejak semula Budi mengamat-amati wanita tersebut dan mengakuinya secara terus terang bahwa wanita tersebut cantik dan menarik. Beberapa hari kemudian, dasar memang lagi mujur, Budi bertemu lagi dengan seorang wanita lain ketika berada di Bandung dan berkenalan. Ketika Budi bertanya asal daerahnya dan wanita tersebut mengatakan bahwa dirinya orang Sunda dari Ciawi. Pengalaman ini terjadi sampai lima kali dan kebetulan perempuan yang dijumpai Paril dengan ciri-ciri yang sama berasal dari Ciawi dan keturunan Sunda. Budi mengakui bahwa semua wanita itu cantik dan menarik. Budi pun berkesimpulan bahwa “Semua wanita Ciawi dan keturunan Sunda itu cantik dan menarik”.


Syarat generalisasi:

  1. Generasilasi tidak terbatas secara numerik. Artinya generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.
  2. Generalisasi tidak terbatas secara “spasio-temporal”. Artinya generalisasi tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu. Jadi berlaku di mana saja dan kapan saja.
  3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.Misalnya, ada fakta bahwa anak SMA itu berbeda dengan mahasiswa. Apabila ditemukan fakta bahwa anak SMA sering membolos, mencontek saat ujian, suka tawuran dan tidak dapat diatur. Seandainya mahasiswa mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa itu sama dengan anak SMA.

Analogi Induksi

Berbicara mengenai analogi adalah berbicara mengenai dua hal yang berlainan dan dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan.Dalam melakukan pembandingan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu Persamaan dan Perbedan. Apabila kita membandingkan dua orang hanya melihat dari aspek persamaannya tanpa melihat perbedaan, maka timbul analogi, yaitu persamaan di antara dua hal yang berbeda.Analogi dalam penalaran adalah analogi induktif artinya suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran  gejala khusus lainnya yang memiliki sifat-sifat esensial yang sama.Yang terpenting dalam analogi induktif adalah apakah persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpulan sungguh-sungguh merupakan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.

Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal melainkan khusus, walau benar bahwa tidak mungkin kesimpulan yang khusus dalam analogi itu terjadi kalau tidak berpikir bahwa hal itu terjadi dalam keseluruhan.Prinsip dasar penalaran analogi induktif adalah “Karena hal d analog dengan a, b, c, maka apa yang berlaku bagi a, b, dan c dapat diharapkan berlaku juga untuk d.”

contoh:
Mangga I   : kuning, besar, matang ternyata manis
Mangga II  : kuning, besar, matang ternyata manis
Mangga III : kuning, besar, matang ternyata manis
Mangga IV : kuning, besar, matang
Kesimpulannya : mangga ke IV tentu manis juga.
Ani anak pak Yudi yang suka membaca, belajar dengan giat dan anak yang pintar.
Budi anak pak Yudi suka membaca, belajar dengan giat dan anak yang pintar.
Iwan anak pak Yudi suka membaca, belajar dengan giat dan anak yang pintar.
Evi anak pak Yudi.
Kesimpulannya: Evi anak yang pintar.

Analogi induktif tidak hanya menunjukkan persamaan di antara dua hal yang berbeda, tetapi juga menarik kesimpulan atas dasar persamaan.Berbeda dengan generalisasi induktif, di mana kesimpulannya selalu berupa proposisi universal, kesimpulan analogi induktif tidak selalu berupa proposisi universal, melainkan tergantung dari subyek-subyek yang dibandingkan. Subyek-subyek itu yang dapat bersifat individual, partikular maupun universal. Akan tetapi sebagai penalaran induktif, konklusinya lebih luas dari premis-premis.



Faktor probabilitas

Kebenaran kesimpulan dalam logika induktif, baik itu generalisasi maupun analogi induktif bersifat tidak pasti.Hal ini dikarenakan kebenarannya bersifat masih kemungkinan. Artinya kebenaran kesimpulan induksi selalu terkait dengan tinggi rendahnya probabilitas. Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Misalnya: Kesimpulan bahwa “semua manusia akan mati” adalah kesimpulan yang pasti benar hanya jika menunjuk pada mereka yang telah mati.

Namun kesimpulan itu hanya memiliki probabilitas yang tinggi jika menyangkut manusia yang masih hidup dan belum lahir.Kita tidak dapat memastikan kepastian absolut apakah orang hidup sekarang tidak akan mati atau orang yang akan lahir nanti tidak akan mati.Tinggi rendahnya probabilitas kesimpulan induktif dipengaruhi beberapa faktor, di antara faktor fakta,faktor analogi, faktor disanalogi dan faktor luas konklusi.


Faktor fakta 

Berkenaan dengan prinsip semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan semakin tinggi pula probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.


Fakta analogi

Berkenaan dengan prinsip “Semakin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, akan semakin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor kesamaan.


Fakta disanologi

Terkait dengan prinsip “semakin besar faktor disanologi di dalam premis, akan semakin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya”. Yang dimaksud dengan faktor disanologi adalah faktor ketidaksamaan.


Faktor luas

Konklusi terkait prinsip “Semakin luas konklusinya, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya”.


Kesesatan generalisasi / analogi

Selain faktor-faktor obyektif sebagaimana yang telah diungkapkan, tinggi rendahnya probabilitas suatu penalaran juga dipengaruhi faktor-faktor subyektif.
Faktor subyektif biasanya muncul dalam penelaran seseorang yang keberadaannya tidak disadari.
Namun apabila seseorang akan menerima bahwa penyimpulannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penalaran jika ia dikritik serta dikorekasi.
Ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah penelaran akan membuat dan membawa manusia mengalamai kesesatan (fallacy).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesesatan dalam penalaran induktif, yaitu:
  1. Faktor Tergesa-gesa
  2. Faktor ceroboh
  3. Faktor prasangka

Hubungan sebab akibat

Bentuk penalaran induksi yang ketiga adalah hubungans ebab akibat.
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa “suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu
Hubungan sebab akibat seringkali dikaitkan bahwa keadaan yang terjadi disebabkan oleh keadaan atau kejadian lainnya. Kejadian yang lainnya disebut sebab dan yang terjadi sebagai akibat.
Hubungan sebab akibat sebenarnya merupakan suatu hubungan yang intrinsik atau hubungan yang asasi dalam pengertian hubungan yang sedemikian rupa sehingga apabila satu (sebab) ada / tiada maka yang lain juga pasti ada / tiada.

Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu:
  1.  Pola dari sebab ke akibat
  2. Pola dari akibat ke sebab
  3.  Pola dari akibat ke akibat.
  4. Pola Sebab ke akibat




Deduksi


Deduksi
Silogisme adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis dan dari premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan.Dengan demikian, silogisme dapat dipahami sebagai suatu jenis penarikan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang sudah diketahui.Maksud dari premis-premis itu untuk memberikan bukti bahwa kesimpulan itu benar.  Premis-premis dari suatu argumentasi deduktif yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu kesimpulan.
Artinya, jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga harus benar.
Benar salahnya kesimpulan deduktif berdasarkan rujukan realitas, argumentasi-argumentasi deduktif yang memiliki kekhasan tersendiri.
Argumentasi-argumentasi deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih (valid) atau tidak sahih (invalid).

Apa yang dimaksud dengan kebenaran premis?
Premis dianggap “benar” apabila sesuai dengan realitas. Sebaliknya premis lah” apabila tidak sesuai dengan realita.
Misalnya “Semua mahasiswa Psikologi Untar Pandai”
Pernyataan tersebut dianggap benar sebab sesuai dengan realitas.
Misalnya”Semua mahasiswa Psikologi Untar perempuan membenci laki-laki”
Tentunya pernyataan tersebut dianggap salah sebab tidak semua mahasiswa perempuan membenci laki-laki. 


Ciri-Ciri Silogisme

Suatu argumentasi disebut silogisme apabila mengikuti ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Semua pernyataannya (proposisi) adalah proposisi kategoris.
  2. Terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan.
  3. Dua premis dan satu kesimpulans ecara bersama-sama memuat tiga term (kata) yang berbeda dan masing-masing trem tampak di dalam dua dari tiga proposisi.
Premis Mayor : Setiap cendekiawan adalah kaum intelektual
Premis Minor  : Psikolog adalah cendekiawan
Konklusi          : Jadi, Psikolog adalah kaum intelektual.

Argumentasi tersebut dinamakan silogisme karena argumentasi tersebut terdiri dari 3 ciri tersebut. Di mana proposisi hubungan antara subyek dan predikat bersifat langsung, tanpa syarat. Dengan kata lain pengakuan predikat terhadap subyek bersifat langsung. Pengakuan predikat “kaum intelektual” terhadap subyek “setiap cendekiawan” bersifat langsung. 

Silogisme dalam contoh tersebut terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan, yaitu premis mayor, Premis minor dan kesimpulan. Silogisme terdiri dari ketiga term yang berbeda (term mayor, term minor dan term menengah), serta masing-masing term muncul dalam dua dari tiga proposisi.

Misalnya:
Term mayor “kaum intelektual” terdapat baik pada premis mayor maupun dalam kesimpulan.
Term minor, yaitu “Psikolog”, terdapat di premis minor dan kesimpulan.
Term menengah (term penghubung kedua premis) yaitu “cendekiawan” terdapat di premis mayor maupun premis minor.






Sumber: Powerpoint pak Mikha Agus Widiyanto

1 komentar:

  1. Thanks ya, jadi nambah ilmu lagi nih. 80 deh buat yg punya blog :)

    BalasHapus