Pages

Jumat, 26 September 2014

Pertemuan Ke VIII

MANUSIA DAN AFEKTIFITASNYA
Kekayaan dan kompleksitas afektivitas manusia
       Yang membedakan manusia dengan tumbuhan adalah afektivitasnya.
       Afektivitaslah yg membuat manusia ‘berada’ di dunia, berpartisipasi dengan orang lain. Afektifitaslah yg mendorong orang untuk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif.
       Cara hadir kita di dunia diperdalam oleh afektivitas.
       Afektivitas termasuk kegiatan yg kompleks.
       Seluruh kehidupan afektif berputar pada dua kutub yg bertentangan satu sama lain: mengarah pada obyek karena menyukainya, atau berpaling darinya karena menganggapnya buruk.
Cinta = buah afektivitas positif,
Benci= buah afektivitas negatif. Sebenarnya cintalah yg paling dasariah.
       Sikap mana yang diambil afektivitas berhadapan dengan obyek?àTerhadap obyek yang dianggap berguna subyek mencintainya. Ini disebut cinta utilitaris/bermanfaat.
       Dibedakan ‘perasaan’ dan ‘emosi’.àKehidupan afektif memperlihatkan macam-macm cara yang berbeda-beda menurut bagaimana subyek menguasai obyek.
Keadaan afektif yang berbeda-beda ini disebut ‘hasrat-hasrat jiwa’ (Thomas Aquinas).
       Meninjau ciri khas kebenaran afektivitas yg disebut ‘suasana hati.’ Orang bersuasana hati baik: bila semua kemampuan bekerja dg baik.
APA YANG BUKAN AFEKTIVITAS
       Cinta membuktikan diri dalam perbuatan-perbuatan. Cinta mendahului perbuatan-perbuatan.
       Kerap afektivitas itu disamakan dengan kesanggupan merasa:
 Padahal kehidupan afektif bukan hanya menyangkut merasa saja, tapi juga menyangkut hal yang spiritual.
APA YANG MERUPAKAN PERBUATAN AFEKTIF
       Hidup afektif atau afektivitas
seluruh perbuatan afektif yg dilakukan subyek sehingga subyek ditarik oleh obyek atau sebaliknya.
       Perbuatan afektif sedikit mirip dengan  ‘perbuatan mengenal’ karena dianggap perbuatan vital/imanen. Tapi perbuatan afektif beda dengan ‘perbuatan mengenal’ karena perbuatan afektif itu lebih pasif, sedangkan pada ‘perbuatan mengenal’ subyek membuka diri pd obyek.
KONDISI AFEKTIVITAS MANUSIA
       Agar ada afektivitas, perlu suatu ikatan kesamaan antara subyek dan obyek perbuatan afektifnya.
       Apakah kesenangan harus dicurigai?
Saya hidup dibawah ‘cara afektif’ kesenangan, bila saya sungguh bersatu dalam perasaan dan pikiran dengan apa yg baik bagi saya.
Kesenangan adalah perasaan yang dialami subyek bila dia dihinggapi oleh keadaan berada lebih baik..
CATATAN TENTANG CINTA AKAN DIRI, SESAMA, DAN TUHAN
       Orang sering menganggap cinta diri sendiri adalah egoisme, maka tidak baik. Padahal cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh.
       Egoisme menolak setiap perhatian otentik pada orang lain. Orang egois hanya mengambil untung dari apa saja.
       Jika kita mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa/hati, tidakkah itu sama dengan mengasingkan diri dari diri sendiri?
 Tidak. Tuhan tidak melawan kita. Ia transenden dan imanen.
St. Agustinus: Tuhan adalah pokok pangkal kepribadian kita masing-masing.
Ia adalah dasar dalam mana semua manusia saling berkomunikasi. Maki saya mendekati orang lain, makin saya mendekati Tuhan.
KEBEBABASAN
JIWA DAN KEBEBASAN
¡  Eksistensi jiwa dalam tubuh memampukan manusia untuk menghadirkan diri secara total di dunia dan memungkinkan manusia menentukan perbuatannya
¡  Dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas
¡  Karena jiwalah manusia menjadi mahluk bebas
¡  Kebebasan itu mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanisme
sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan” (Erich Fromm, The Fear of Freedom, 1960)
Artinya, kebebasan menjadi bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia
PANDANGAN DETERMINISME
}  Determinisme
aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa, termasuk tindakan dan keputusan manusia disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya.
}  Seluruh kegiatan manusia di dunia berjalan menurut keharusan yang bersifat deterministik
       Determinisme fisik-biologis
       Determinisme psikologis
       Determinisme sosial
       Determinisme teologis
KEBEBASAN SEBAGAI EKSITENSI MANUSIA
}  Kelemahan determinisme:
       Menyangkal sifat multidimensional dan paradoksal manusia
(paradoks tidak meniadakan kebebasan juga keharusan, bukan?)
       Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya
       Menafikan adanya tanggung jawab (tak relevan menuntut tanggung jawab atas kesalahan, bukan?)
ARGUMENNNYA
}  Manusia hidup dalam “kemungkinan dapat”/berhadapan dengan pilihan berbeda bobot
}  Adanya tanggung jawab (bagaimana kehidupan berjalan teratur tanpa adanya tanggung jawab?)
}  Makna perbuatan moral ada pada kebebasan (bnd. Pandangan Immanuel Kant tentang kebebasan dan kehidupan moral)
               
KEBEBASAN
}  Pengertian umum/Kebebasan negatif/tidak ada hambatan (tidak ada paksaan, tidak ada hambatan, tidak ada halangan, tidak ada aturan). Tapi ini bukan kebebasan eksistensial
}  Pengertian khusus/kebebasan eksistensial
       Penyempurnaan diri (ingat filsafat proses Whitehead?)
       Kesanggupan memilih dan memutuskan
       Kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan (kebebasan/hak-hak dasar seperti ditegaskan Franz Magnis-Suseno)
JENIS JENIS KEBEBASAN
  • Kebebasan horizontal (berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan, semata pertimbangan intelektual) dan kebebasan vertikal (pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai)
  • Kebebasan eksistensial (kebebasan positif, lambang martabat manusia) dan kebebasan sosial (terkait dengan orang lain, kebebasan
  • Nilai humanistik dalam kebebasan eksistensial
    • Melibatkan pertimbangan
    • Mengedepankan nilai kebaikan
    • Menghidupkan otonomi
    • Menyertakan tanggung jawab
  • Kebebasan sosial dibatasi dalam hal fisik, psikis dan normatif
  • 4 alasan adanya pembatasan kebebasan sosial:
    • Menyertakan pengertian
    • Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial
    • Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
    • Terkait dengan hakikat manusia sebagai mahkhluk sosial
SEJARAH PERKEMBANGAN KEBEBASAN
¢  Masalah yang sudah sangat lama dan memiliki sejarah panjang
¢  Filsafat Yunani tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas masalah kebebasan karena…
  Adanya pandangan bahwa semua hal berada di bawah “nasib”, “kehendak mutlak” yang mengatasi manusia dan para dewasa, yang secara sadar atau tidak sadar menentukan tindakan. Jadi, tak ada pertanggungjawaban manusia atas tindakannya
  Menurut pemikiran Yunani, manusia adalah bagian alam maka harus mengikuti hukum umum yang mengaturnya
  Manusia terpengaruh oleh sejarah yang bergerak secara siklis
SEJARAH PEERKEMBANGAN MASALAH KEBEBASAN
¢  Zaman abad pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik
¢  Zaman modern, perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik
¢  Era kontemporer (pascamodern?), kebebasan dipermasalahkan dari sudut pandang sosial
¢  Kebebasan dalam pemikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egoistik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan dan pengendalian diri


Sumber: Powerpoint Afektivitas Manusia pak Raja Oloan Tumanggor
               Powerpoint Kebebasan pak Bonar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar