Pages

Selasa, 23 September 2014

Pertemuan Ke VI part 1

saatnya membahas etika dan moral yaa teman teman biar bisa jadi lebih baik lagi yaa kemudiannya
 



Etika dan Moral



Pengertian Etika

            Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral (moral philosophy). Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani yaitu Ethos: watak.Sedangkan moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan. Jadi etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan. Obyek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan dimaksudkan di sini adalah yang dilakukan secara bebas dan sadar. Obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.
 
PENGERTIAN ETIKA
Bertens: Etika berasal  dari bahasa Yunani kuno
ethos dlm bentuk tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik

Dari asal usul kata: Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan
 
Etika menurut Bertens :


1.    Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misal: Etika orang Jawa.

2.    Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik, misal : Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia.

3.    Ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Artinya sama dengan filsafat moral.
 
Etika dibedakan menjadi 2, yaitu:
 
Etika Perangai
            Adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh: berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, upacara adat.
 
Etika Moral
            Berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila dilanggar timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.Contoh: berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orang tua atau guru, membela kebenaran dan keadilan, menyantuni anak yatim-piatu
 

Arti dan Makna


·         Arti Etika


·      Objek Etika


·      Etika sebagai cabang filsafat


·      Etika dan Moral


·      Amoral dan Immoral


·      Etika dan Etiket


·      Etika dan Hukum


·      Etika dan Agama
Arti Etika

Etika sebagai ilmu
“Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.”
 
Etika sebagai kode etik
            “Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.”
 
Etika sebagai sistem nilai
            “Nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.”
 


Obyek Etika

Objek material = suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak.
 
Objek formal = cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
 
Objek material etika = tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas).
 
Objek formal etika = kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. (Perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar atau tidak bebas, tidak dapat dikenakan penilaian bermoral atau tidak bermoral).
 

Etika Sebagai Cabang Filsafat

Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan pelbagai nilai itu ke dalam norma-norma, lalu menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran; sebagai filsafat, etika mencari keterangan (dan kebenaran) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas, etika mencari ukuran tentang baik-buruknya tingkah laku manusia.


Berdasar Kajian Ilmu

1. Etika Normatif: mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
2.Etika Fenomenologis: mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dsb.
Domain ETIKA dalam Ranah Ilmu Pengetahuan


2. Tujuan Belajar Etika

Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu
Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.


3. Sistematika Etika

De Vos (1987)
ETIKA:
Etika Deskriptif
            1. Sejarah Kesusilaan
            2. Fenomenologi Kesusilaan
Etika Normatif

K. Bertens (1993)
ETIKA:
Etika Deskriptif
Etika Normatif
            1. Etika Umum
            2. Etika Khusus
Metaetika

Franz Magnis-Suseno (1991)
ETIKA:
Etika Umum
Etika Khusus
            - Etika Individividual
            - Etika Sosial:  - Sikap terhadap sesama
                                           - Etika keluarga
                                           - Etika profesi:  -biomedis
                                                                         - bisnis
                                                                         - hukum
                                                                         - ilmu pengetahuan
                                                                         - dll
                                           - Etika politik
                                           - Etika lingkungan hidup
                                           - Kritik ideologi-ideologi
                                      
         

Etika Deskriptif

Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya.
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Misalnya: adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.


Sejarah Kesusilaan

Bagian ini timbul bila orang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif.
Yang diselidiki adalah: pendirian-pendirian mengenai baik-buruk yang manakah, norma-norma kesusilaan yang manakah yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang manakah yang dianut oleh bangsa-bangsa tertentu
           

Fenomenologi Kesusilaan

Fenomenologi terdiri atas fenomenon dan logos
Fenomenon =  sesuatu yang tampak, yang terlihat     
                           karena bercahaya (sering disebut
                           gejala)
Logos = uraian, percakapan
Fenomenologi: Uraian atau percakapan tentang 
                            fenomenon atau sesuatu yang
                            sedang menampakkan diri, atau
                            sesuatu yang sedang menggejala.
Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma-norma, tidak pun menilainya, juga tidak “membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral. Etika fenomenologi hanya menjelaskan, menunjukkan adanya unsur-unsur itu dalam kesadaran moral.
Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan; artinya, ilmu pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan hakikat kesusilaan.
Ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran.


Etika Normatif

Etika normatif tidak lagi berbicara tentang gejala-gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.
Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. Etika normatif memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Etika normatif itu tidak deskriptif, tetapi preskriptif (artinya memerintahkan); tidak melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.



Metaetika

Meta (Yunani) = “melebihi”, “melampaui”, 
                       “setelah”, “di luar”, “tentang”.
                        (metabahasa = bahasa yang
                                            dipakai dalam berbicara
                                            tentang bahasa).
Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas.
Metabahasa bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan di bidang moral.
Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan dan keburukan, kerap kali pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab secara memuaskan.


Etika Umum

Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia.
Tema-tema yang menjadi penyelidikan etika umum:
            - Apakah norma etis itu? Jika ada banyak norma etis,
              bagaimana hubungannya satu sama lain?
            - Mengapa norma moral mengikat kita? Apakah nilai
               itu dan apakah kekhususan nilai moral?
            - Bagaimana hubungan tanggung jawab manusia dan
               kebebasannya? Dapatkah dipastikan bahwa manusia
               sungguh-sungguh bebas.
            - Apakah yang dimaksud dengan hak dan kewajiban?
               Bagaimana kaitannya satu sama lain?



Etika Khusus

Etika khusus membahas prinsip-prinsip moral dasar itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya; atau, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap bidang kehidupan manusia.
Karena sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa juga dikatakan sebagai “etika terapan”.


Etika Profesi

Etika Profesi adalah : Etika sosial yg menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut.


4. ALIRAN DALAM ETIKA

Eudemonisme: (Yunani= eu+daimon= roh atau semangat yang baik). Pandangan aliran ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. 
Mereka meyakini hal-hal berikut:

  1. adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral atau aturan2 bertindak (code of conduct)
  2. lebih menguntungkan hal2 yg bersifat spiritual atau mental daripada yg bersifat inderawi/ kebendaan 
  3. lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan atau alami.
  4. lebih mengutamakan hal yg umum daripada yang  khusus.


Aliran Pemikiran Etika


Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan)
Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia. Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. Aliran hedonisme menyatakan bahwa kesenangan/ kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia oleh karena itu reguklah kenikmatan selama masih bisa direguk. Padahal mereka lupa bahwa kegembiraan pikiran lebih tinggi daripada kenikmatan jasmani.

Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain. Sebaliknya aliran yang menekankan dan melihat kesenangan atau kebahagiaan orang lain menjadi tujuan segala usaha manusia disebut: altruisme (Latin: alter= yang lain atau orang lain.

Utilitarianisme:  (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir. Kesenangan atau kenikmatan manusia dilihat sebagai seusuatu yang baik dalam dirinya, sedangkan penderitaan dan sakit adalah buruk dalam dirinya. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yg baik adalah tindakan yg sebesar-besarnya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain segala sesuatu yang berguna selalu dianggap baik.

Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral. Sikap dan intensi pelaku lebih diutamakan daripada apa yang dilakukan secara konsekuensi perbuatan itu. 

Deontologisme Etis: berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban.

Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.
 


5. Beda Etika dan Moral

Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos,” artinya adat kebiasaan, (jamaknya “ta etha”),. Moral berasal dari bahasa Latin “mos,” artinya adat kebiasaan (jamaknya “mores”). Jadi, keduanya memiliki kesamaan arti. Hanya asal bahasanya yang berbeda.
Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari: moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai; etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.



Amoral dan Imoral

Kamus Besar Bahasa Indonesia:
            “Amoral” dijelaskan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak” (contoh: “Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral”); tidak terdapat kata “immoral”.

Concise Oxford Dictionary:

Amoral = “unconcerned with, out of the
sphere of moral, non moral”.
Immoral = “opposed to morality; morally evil”
AMORAL DAN IMMORAL
Amoral:
“tidak berhubungan dengan konteks moral”
“di luar suasana etis”
“non-moral”
Immoral:
“bertentangan dengan moralitas yang baik”
“secara moral buruk”
“tidak etis”



           
6. BEDA ETIKA DAN ETIKET



Perbedaannya ETIKA DAN ETIKET menurut Bertens :

  






1 komentar: